Selasa, 13 November 2012

Sunset Bersama Rosie (A Novel by Tere Liye)


Duduklah sebentar, aku ingin menceritakan kisah mereka. Kau tahu Tegar? Ya, Tegar. Kalau bagi keponakannya-Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili-dia adalah paman yang hebat, super, dan keren, tapi tidak bagiku. Kalau bagi Rosie dia adalah sahabat terbaik, tapi tidak bagiku. Kalau bagi Oma dia adalah anak yang amat baik, tapi tidak bagiku. Kalau bagi bosnya dia adalah aset terbaik perusahaan, tapi tidak bagiku. Terlepas dari itu semua, aku tidak suka dengan dia. Dia banyak menyakiti Sekar, dan bahkan terkadang dia tidak sadar. Entahlah, aku terlalu memikirkan Sekar memang.

Tegar jahat, ah tidak tidak, mungkin dia hanya bodoh. Tegar bodoh. Sekar juga bodoh. Tidak, mereka sebenarnya tidak salah, hanya mungkin cinta memang tidak pernah baik pada mereka. Dan memang, sekali lagi, aku mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Hati tidak memilih.


Alhamdulillah Aku (Gagal) Menjadi Dokter


Sebenernya, bagaimana sih tahapan menjadi seorang dokter itu? Setelah kamu melalui hari-hari berat dengan buku-buku berat juga mata yang berat karena terlalu lama begadang pada masa perkuliahan, kamu akan diwisuda. Setelah diwisuda ini, kamu akan mendapat gelar S.Ked. di belakang namamu-inget! S.Ked di belakang nama, bukan dr. yang biasanya ditaruh di depan nama. Gelar dokter (dr.) itu baru akan disematkan di depan nama kamu setelah kamu menyelesaikan masa kepaniteraan di rumah sakit.  
Apa sih ko-ass itu? Mungkin, KO-ASS bisa dibilang Kumpulan Orang Selalu Salah. Kenapa selalu salah? Mungkin, bisa dibilang, apa yang kami lakukan selalu terasa salah, terutama untuk para konsulen. Sebagai “dokter pemula”, kami memang belum banyak memiliki jam terbang pada penanganan pasien. Jadi, kejadian dimarah-marahin oleh dokter spesialis di tempat ko-ass, misalnya karena salah menjawab, memang sudah menjadi makanan sehari-hari kami. Sebagai sarjana kedokteran, kami akan ditempatkan di rumah sakit untuk menyelesaikan 14 bagian spesialisasi atau yang biasa disebut dengan stase.  Kegiatan kami ya seperti layaknya petugas medis yang lain, kami memeriksa pasien, melakukan wawancara dengan pasien, membaca hasil foto, mengikuti operasi, hingga jaga bangsal. Semua kegiatan itu kami lakukan di bawah pengawasan, yaah, anggaplah bos kami, yang biasa disebut dengan konsulen.
Intinya, menjadi anak ko-ass itu susah-susah gampang. Kami banyak terbentur jadwal yang tidak pasti, mengingat orang sakit juga tidak pernah mengenal waktu. Kami juga terbentur jadwal operasi, jadwal poli, jaga bangsal, juga jadwal pacaran tentunya.
***