Jumat, 24 Oktober 2014

To love or to be loved?



"...kita mungkin bisa merencanakan akan menikahi siapa, tapi kita tidak bisa merencakanan akan mencintai siapa..." (@sujiwotedjo)

Bisa jadi kita memilih untuk menikah dengan seseorang karena dia baik dan berbagai alasan lain meskipun di awal mungkin kita tidak jatuh cinta padanya. Bisa jadi sebenarnya kita mencintai seseorang yang sejak awal kita tahu tidak mungkin bersama.

Jadi ingat dengan salah satu quote di novel Perahu Kertas, bahwa 'hati itu dipilih, bukan memilih'. Hati tidak bisa memilih cinta, tapi cinta lah yang memilih hati. Iya, kan? Kita nggak pernah tahu kapan kita akan jatuh cinta dan kepada siapa kita akan jatuh cinta.

Maka, ada berapa pasangan di dunia ini yang menikah karena memang sama-sama jatuh cinta? Beruntung sekali mereka. Karena membahagiakan sekali bukan ketika kita mencintai seseorang dan dia memiliki perasaan yang sama?

Terlepas dari apa yang sering saya katakan bahwa saya ini sering sotoy dalam hal cinta-cintaan, hari ini saya ingin ngomongin masalah: to love or to be loved. Kamu lebih memilih bersama dengan orang yang kamu cintai atau orang yang mencintai kamu?

Kalau pengennya sih pasti hidup bersama orang yang kita cintai sekaligus mencintai kita #yaiyalah

Tapi, kadang sulit menemukan dua orang yang sama-sama saling jatuh cinta di saat bersamaan. Kebanyakan yang sering kita temukan adalah: ada salah satu pihak yang mencintai, dia diterima dengan baik, dan pihak lainnya mau belajar mencintai. Maka, rasa sayang akan tumbuh seiring berjalannya waktu #tsaah.

Kayak quote-nya Sam Keen. "We come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly."

By learning. Intinya mau belajar.

Kalau pesen Ibu saya sih: perempuan itu lebih baik menikah dengan seseorang yang mencintainya. Karena perempuan itu lebih bisa belajar untuk mencintai.

Tapi membayangkan menikah dengan seseorang dimana saya sama sekali tidak memiliki feel ke dia, rasanya bukan berita yang baik juga. Mengingat saya ini bukan tipe orang yang mau belajar memberikan hati, tapi tipe orang yang harus entah luluh atau diluluhkan dulu baru mau memberikan hati #eaak

Mungkin jika hal itu benar-benar terjadi, saya bisa saja bersikap baik seperti selayaknya. Tapi itu saya lakukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban. Tidak disertai dengan perasaan yang meletup-letup seperti popcorn *kayak pernah denger deh*.

Oke, itu tadi perkataan ibu saya yang lebih menyarankan untuk bersama orang yang mencintai kita. Dengan kata lain, she chooses to be loved.

Ada lagi yang pernah mengatakan bahwa mencintai itu ibarat memberi, dan dicintai--tentu saja--ibarat menerima. Bukankan memberi itu lebih baik daripada menerima.

Tapi, mencintai seorang yang tidak mencintai kita? It's not a good idea, may be. Nyesek, jenderal.

Jadi, kesimpulannya saya tetap ingin bersama dengan seseorang yang saya cintai dan mencintai saya. To love and be loved. Karena mana yang lebih penting bagi seekor burung: sayap kanan atau sayap kiri? Pasti keduanya :)

Kalaupun tidak bisa, at least saya bisa bersama dengan seseorang yang mencintai saya dan bisa membuat saya luluh hingga akhirnya saya juga mencintai dia #teteeeup

Oh Tuhan, bila suatu hari nanti aku jatuh cinta, jatuh cintakan aku kepada seseorang yang juga jatuh cinta kepadaku. Jatuh cintakan kami di waktu yang tepat dan jodohkanlah kami. Agar aku selalu memiliki perasaan berdebar-debar tiap kali akan menjumpainya sepulang dia bekerja :)


Ruang Waskon 4, 24 Oktober 2014
yang lagi iseng karena nggak ada kerjaan

Selasa, 09 September 2014

Kamu, iya kamu



Hamil itu berat. Iyalah, kemana-mana 'membawa' tambahan beberapa kilo. Jadi ya wajar aja, kalau perempuan itu pengennya sandaran santai--di samping memang dia harus banyak istirahat.

Perempuan berambut panjang itu menumpuk dua bantal lantas menjadikannya sebagai sandaran. Setelahnya ia menyelonjorkan kaki, duduk rileks, dan mengelus perutnya. Nggak terasa, benih yang ditinggalkan suaminya itu kini udah tumbuh membesar.

Tak lama, seorang laki-laki keluar dari balik pintu kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Setelah menjemur handuknya, ia menyusul istrinya rebahan di tempat tidur. Ia duduk tepat menghadap istrinya.

"How was your day, hon? Nggak kecapekan, kan?"

"Hari ini anak-anak magang udah mulai masuk, jadi cukup terbantu."

"Syukurlah." Laki-laki itu tersenyum, lantas menatap perut istrinya. "Kalau anak ayah, hari ini rewel nggak?" Ia mendekatkan wajahnya ke perut istrinya dan menciumnya dengan lembut.

Oh meeen, istri mana yang nggak bahagia punya suami seperti itu.

Belum cukup sampai di situ, laki-laki itu kemudian merebahkan kepalanya di paha istrinya. Wajahnya ia hadapkan tepat di depan perut istrinya, ia pun mulai bercengkrama dengan nyawa di dalam sana.






"Adek, besok jadi anak yang soleh," katanya sambil terus mengusap-usap permukaan perut istrinya. "A'udzubillahi minasy syaitaanir rajiim. Bismillahir rahmaanir rahiim."
 

Dan ayat-ayat suci Al-Quran mulai dilantunkan. Ia bisikkan kepada janin di dalam sana, sambil terus berharap istri dan bayinya sehat. Dan kelak, anaknya bisa menjadi orang yang bermanfaat.
 

-CUT-
 

Well, berhubung imajinasi saya sekarang sedang dalam tahap sangat kreatif, maka saya potong adegan itu sampai di situ saja. Takutnya kalau diterusin nanti jadi kemana-mana *nyengir*
 

Intinya saya cuma mau menyampaikan, kalau ternyata laki-laki itu emang harus bisa baca 
Al-Quran. Seenggaknya biar bisa bacain ayat-ayat suci buat janin yang dikandung istrinya nanti. Kan so sweet gitu, uwuwuwuwu :3
 

So, buat kamu. Iya, kamu. Sudahkah kamu bisa membaca Al-Quran. Sudahkah kamu hafal surat-surat pendek sebagai bekal untuk mengimamiku solat nanti? Sedang sibuk apa kamu di sana? Memperbaiki diri atau justru bersenang-senang dengan emm cewek lain? Oh NO! Semoga kamu sedang disibukkan dengan hal-hal yang baik :)

Kamis, 04 September 2014

Look Around!

Perahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaib hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri





Barusan dapet cerita tentang kisah pertemuan seorang teman dengan suaminya--yang bener-bener unpredictable. Yang sebenernya dia yakin banget bakalan nikah sama seseorang yang udah 3 tahun jadi pacarnya, eh ternyata nikahnya malah sama temen sebangku dengan proses hanya 6 bulan.

Banyak banget kan kejadian kayak gitu. Udah pacaran lamaaa, tapi terus putus dan nikahnya malah sama orang yang baru aja ketemu. Semacam trend nikah bukan sama pacarnya, eaaa

Tapi emang bener, kan? Jodoh itu unpredictable. Kita nggak pernah tahu dengan siapa dan kapan.


Sesungguhnya dia ada didekatmu


Tapi kau tak pernah menyadari itu


Dia slalu menunggumu


Untuk nyatakan cinta 

Kayak lirik lagu di atas, siapa tahu jodoh kita itu sekarang ada di sekitar kita. Bisa jadi lho dia adalah teman sekelas dulu, atau mungkin sahabat sendiri, atau tetangga satu kampung. Hayoo, mulai deh bikin list :p