Sampai detik
ini, saya masih excited aja gara-gara kemarin habis nerima Mixed Taste. Diliatin
terus, dibaca berulang-ulang. Kalau ngelewatin
meja tempat naruh Mixed Taste, nyempatin buat ngelirik, dan senyum sendiri. Hahaha.
Iya, saya sadar kalau norak. Norak banget. Padahal ini cuma biasa aja, belum
apa-apa. Padahal ini cuma sekedar membukukan cerpen—daripada berceceran
dimana-mana. Padahal banyak juga temen-temen saya yang bisa melakukan hal yang
sama. Tapi mau gimana lagi, emang serius saya seneng banget :p
Dari
selesainya Mixed Taste ini, saya belajar banyak hal. Pertama, untuk meraih
mimpi dibutuhkan kesabaran dalam berjuang.
Pas bikin
Mixed Taste, saya baru bener-bener ngerasain itu. Iya, untuk mendapatkan apa
yang kita inginkan kita harus berusaha. Untuk mencapai mimpi kita, sudah jelas,
kita harus berjuang. Tapi ternyata berjuang aja butuh kesabaran. Sabar dalam
berjuang, konsisten, agar nggak berhenti di tengah jalan.
Kedua, tidak
ada sukses yang diraih secara instan. Semua step by step.
Menjadi
penulis memang impian saya—sejak dulu. Saya bermimpi bisa menjadi penulis novel
bestseller, yang bukunya udah tersebar di seantero Indonesia Raya. Yang
novelnya diangkat ke layar lebar, kayak 5 cm dan perahu kertas gitu. Wkwkwk.
Tapi kan nggak mungkin juga saya tiba-tiba cling jadi orang besar secara
mendadak. Semua butuh proses. Mendaki gunung aja perlu waktu lama dan
melelahkan, nggak bisa sekali kedip sampai puncak. Saya tahu apa yang saya lakukan
ini belum seberapa. Mixed Taste ini baru secuil langkah kecil aja, baru
permulaan. Yap, semua memang perlu proses, nggak bisa instan. Sama seperti kami
sekarang yang masih harus nunggu. Siapa bilang kalau kuliah di STAN udah pasti langsung
sukses? Di sini juga ada pahitnya, beroooo :( *ealah, malah curcol*
Ketiga, kita
akan lebih menghargai sesuatu yang didapat dengan pengorbanan daripada sesuatu
yang didapatkan secara instan.
Sebenernya,
sebelum Mixed Taste, saya sudah punya buku kumpulan cerpen. But, buku itu saya
dapatkan dengan sangat mudah. Buku itu dibuat oleh seseorang tanpa
sepengetahuan saya, yang tentu saja saya tidak memiliki andil apapun dalam
pembuatan buku itu. Dia mengumpulkan cerpen-cerpen saya dan membuatnya dalam
sebuah buku kumpulan cerpen. Waktu dikasih ke saya, semua sudah rapi dalam bentuk
buku. Iya, sayang seneng banget waktu itu. Surprise. Tapi ternyata, yang kali
ini saya lebih excited. Apa yang saya impikan, apa yang saya rencakanan, apa
yang saya usahakan, dan akhirnya menjadi apa yang saya dapatkan. Serius deh,
saya seneng pakai banget :”)
Keempat,
kebanyakan orang cenderung melihat hasil akhir, bukan proses.
Hahaha, pas
udah jadi bukunya, yang nodong minta buku gratisan sama saya banyak banget. Iya
sih, meskipun saya tahu mereka hanya bercanda, mehehe. Kalau saya jadi mereka,
saya pun akan melakukan hal yang sama.
FYI, kalau
saya jadi penulis bestseller yang bisa dengan mudah bagi-bagi buku, saya
mungkin bisa berbagi gratisan paling nggak ke temen-temen saya. Buuut, ini loh
buku saya dijualnya secara online doang, yang saya sendiri harus bayar kalau
mau mendapatkan buku itu :(
Nggak
segampang itu saya mendapatkan buku ini :(
Kelima, ada
hal yang tidak bisa dinilai dengan materi.
Kalau apa
yang saya lakukan ini dinilai dengan materi, saya rugi. Rugi aja pake banget.
Apa yang telah saya korbankan, tidak sesuai dengan apa yang akan saya dapatkan.
Korban uang, korban waktu, capek. Bahkan untuk akomodasi pembuatan Mixed Taste
ini, saya nggak minta uang dari orang tua. Saya pakai uang dari hasil ngajar.
Dan materi yang akan saya dapatkan nanti belum tentu seberapa.
Kalau dari
awal orientasi saya adalah materi, mending saya nggak nulis buku ini. Saya
minta aja ke orang tua, insya Allah masih dikasih—mengingat royalti penulis
buku itu sedikit. Tapi kan ini bukan masalah duitnya berapa, tapi masalah
kepuasan. Dan saat Mixed Taste ini jadi, subhanallah, rasa senengnya udah lebih
dari cukup. Kalau pun nanti saya bisa dapetin materi dari Mixed Taste ini, bagi
saya itu adalah bonus dari apa yang saya tekuni selama ini.
Duuuh, ini
kenapa saya jadi berasa sok bijak gini. Wkwkwk. Serius nggak ada maksud
apa-apa, saya cuma ingin berbagi tentang apa yang saya dapatkan. Dan karena
saya telah merasakan gimana excitednya bisa punya buku sendiri, saya
bener-bener berharap teman-teman saya juga merasakannya. Mbak Tewe, Tiara,
Dewi, Kak Ririn, ah aku tahu seberapa banyak stock cerpen kalian. Daripada cuma dianggurin di laptop, kalian bikin buku
akan jauh lebih berharga. Dijamin deh! Buat temen-temen saya yang juga suka
nulis, tetep nulis. Kalian pasti bisa punya buku sendiri J
Maaf kalau
saya lebay dan norak sekali L