Selasa, 19 November 2013

My Pensieve



Dumbledore: "I use the Pensieve. One simply siphons the excess thoughts from one's mind, pours them into the basin, and examines them at one's leisure. It becomes easier to spot patterns and links, you understand, when they are in this form."
Harry: "You mean... that stuff's your thoughts?"
Dumbledore: "Certainly."



Ada yang tau apa itu Pensieve? Pensieve is seems like an object used to review memories. Yang suka Harry Potter pasti tau.

Well, kalau Dombledore punya Pensieve, saya punya buku harian yang bisa saya gunakan untuk ‘merekam’ jejak kejadian kehidupan saya #tsaaah.

Mungkin bagi sebagian orang, nulis diary itu cemen or apalah gitu, tapi bagi saya menuliskan kejadian-kejadian yang kita alami itu sangat bermanfaat.



Pertama, nulis itu ‘obat’ bagi saya.
Ketika saya sedang penat, pikiran sudah amburadul entah mikir apaan, kacau, saat saya gatau harus menceritakan semuanya sama siapa, saat itulah saya butuh nulis. Nulis itu ngurangin beban, bagi saya. Setelah menuliskan semua unek-unek, menuangkan semua isi pikiran yang tak tersalurkan, saya merasa lega. Jadi apa yang ada dipikiran saya, saya pindahkan ke dalam tulisan, sehingga beban yang dipikiran itu berkurang.

Kedua, diary itu media penyimpan kenangan.
Saya ini tipe orang yang suka menyimpan kenangan—mungkin that’s why saya ini orangnya cenderung susah move on. Dan buku diary adalah salah satu media penyimpan kenangan. Coba aja kita baca ulang diary jaman SMP ata SMA, pasti banyak banget memori yang terputar ulang.

Ketiga, diary itu sarana review dan instropeksi.
Pernah nggak baca tulisan beberapa tahun lalu dan ngerasa kita childish banget? Nah, kata Bang Tere—kalau nggak salah sih, saya pernah baca tulisannya—ketika kamu ngetawain tulisan kamu jaman dulu, itu artinya sudah ada perubahan dalam diri kamu. Itu pertanda bagus, karena bisa jadi kamu sudah semakin dewasa. Justru ketika kamu tidak memiliki respon apa pun, bisa jadi kamu masih sama dengan beberapa tahun lalu dan belum berubah.

Nah, kalau saya sih, dengan baca tulisan-tulisan jaman dulu kita bisa memandang suatu masalah dari sudut pandang lain, bisa instropeksi, dan nemuin pemikiran lain. Meski kenyataannya lebih sering ilfeel kalau habis baca tulisan, soalnya ngerasa : ya ampun aku alay bangeeet! T-T


Saya sendiri sudah mengalami transformasi diary (setdah bahasa gue). Mulai dari diary jaman SD yang isinya “hari ini aku sebel banget soalnya temenku minjem penghapus dan penghapusnya ilang” sampai diary sekarang yang lebih banyak berisi quotes dan pemikiran-pemikiran tentang suatu topik masalah. Termasuk blog ini, ini juga diary saya loh, haha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar