Saya ingat, beberapa tahun lalu saya pernah menulis sebuah
paragraf pendek tentang cewek harus bisa. Kebetulan tulisannya masih ada, bisa
dicek di Cewek Harus Bisa
Memang yaa, menjadi perempuan itu harus serba bisa.
Terlebih, nantinya perempuan akan menjalankan banyak peran. Sebagai perempuan
itu sendiri, sebagai anak, sebagai menantu, sebagai istri, dan sebagai ibu.
Sungguh bukan peran ‘taken for granted’, bukan peran yang layak dijalani dengan
‘yaudahlah dijalani aja, nanti juga terbiasa’. Sungguh harus ada visi misi, dan
peran-peran tersebut harus dijalani dengan sadar.
NHW #2 kali ini membahas tentang indikator-indikator
profesionalisme perempuan sebagai individu, istri, dan juga ibu. Yaps, kita
sendiri yang harus menyusun indikator itu. Mungkin terlalu banyak keinginan,
harus bisa ini harus bisa itu harus bisa semuanya. Maka dengan indikator
inilah, semua akan menjadi lebih jelas dan realistis.
Setiap indikator harus disusun dengan SMART. Specifik
(unik), Measurable (terukur), Achievable (bisa diraih), Realistic (berhubungan
dengan kondisi sehari-hari), Timebond (batas waktu). Tidak perlu muluk-muluk,
yang penting istiqomah dipraktekkan
dan diharapkan nantinya menjadi kebiasaan yang dapat membawa perubahan lebih
baik.
Well, berikut hasil indikator profesionalisme perempuan
versi saya.
Sebagai Individu
Berhubung di NHW #1 saya memilih ilmu agama Islam sebagai
jurusan yang saya pilih, maka untuk indikatornya saya isi dengan hal-hal yang
bisa membuat saya lebih baik dalam agama.
Sebagai Istri
Dalam Islam, seorang istri diwajibkan untuk taat kepada
suami, bermuka manis dan selalu menyenangkan suami, menjaga harta dan
kehormatan, serta tidak melakukan hal yang membuat murka suami.
Sebagai Ibu
Nah, ini mungkin yang masih ngawang-ngawang karena belum
benar-benar praktek ngurus anak. Jadilah, indikator yang saya buat yang
sekiranya bisa saya lakukan sejak masih promil. Pendidikan anak dimulai sejak
seorang suami memilih istri, bukan? *ngeles, wkwk
Sebagai anak dan
menantu
Saya tambahi satu indikator lagi, hehehe. Semoga saya selalu
ingat untuk terus berbakti kepada orang tua, pun juga mertua. Semoga saya terus
sadar bahwa suami saya selamanya milik ibunya. Saya…jadi milik Allah aja
>.<
Kata mbak fasil, yang terpenting adalah terlaksana. Bukan
tentang seberapa keren kegiatan, tapi mulailah dengan kegiatan sederhana yang
penting bisa dilaksanakan terus menerus. Menurut teori, sebuah kegiatan akan
menjadi kebiasan jika dilakukan terus menerus selama 66 hari, atau kurang lebih
dua bulan. Maka indikator ini saya susun untuk dua bulan ke depan, dan nantinya
akan dievaluasi lagi, untuk dibuat indikator baru. Bismillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar