Kamis, 09 Agustus 2018

NHW IIP #2 - MENJADI PEREMPUAN PROFESIONAL


Saya ingat, beberapa tahun lalu saya pernah menulis sebuah paragraf pendek tentang cewek harus bisa. Kebetulan tulisannya masih ada, bisa dicek di Cewek Harus Bisa

Memang yaa, menjadi perempuan itu harus serba bisa. Terlebih, nantinya perempuan akan menjalankan banyak peran. Sebagai perempuan itu sendiri, sebagai anak, sebagai menantu, sebagai istri, dan sebagai ibu. Sungguh bukan peran ‘taken for granted’, bukan peran yang layak dijalani dengan ‘yaudahlah dijalani aja, nanti juga terbiasa’. Sungguh harus ada visi misi, dan peran-peran tersebut harus dijalani dengan sadar.

NHW #2 kali ini membahas tentang indikator-indikator profesionalisme perempuan sebagai individu, istri, dan juga ibu. Yaps, kita sendiri yang harus menyusun indikator itu. Mungkin terlalu banyak keinginan, harus bisa ini harus bisa itu harus bisa semuanya. Maka dengan indikator inilah, semua akan menjadi lebih jelas dan realistis.

Setiap indikator harus disusun dengan SMART. Specifik (unik), Measurable (terukur), Achievable (bisa diraih), Realistic (berhubungan dengan kondisi sehari-hari), Timebond (batas waktu). Tidak perlu muluk-muluk, yang penting istiqomah dipraktekkan dan diharapkan nantinya menjadi kebiasaan yang dapat membawa perubahan lebih baik.

Well, berikut hasil indikator profesionalisme perempuan versi saya.

Sebagai Individu
Berhubung di NHW #1 saya memilih ilmu agama Islam sebagai jurusan yang saya pilih, maka untuk indikatornya saya isi dengan hal-hal yang bisa membuat saya lebih baik dalam agama.



Sebagai Istri
Dalam Islam, seorang istri diwajibkan untuk taat kepada suami, bermuka manis dan selalu menyenangkan suami, menjaga harta dan kehormatan, serta tidak melakukan hal yang membuat murka suami.



Sebagai Ibu
Nah, ini mungkin yang masih ngawang-ngawang karena belum benar-benar praktek ngurus anak. Jadilah, indikator yang saya buat yang sekiranya bisa saya lakukan sejak masih promil. Pendidikan anak dimulai sejak seorang suami memilih istri, bukan? *ngeles, wkwk

Sebagai anak dan menantu
Saya tambahi satu indikator lagi, hehehe. Semoga saya selalu ingat untuk terus berbakti kepada orang tua, pun juga mertua. Semoga saya terus sadar bahwa suami saya selamanya milik ibunya. Saya…jadi milik Allah aja >.<



Kata mbak fasil, yang terpenting adalah terlaksana. Bukan tentang seberapa keren kegiatan, tapi mulailah dengan kegiatan sederhana yang penting bisa dilaksanakan terus menerus. Menurut teori, sebuah kegiatan akan menjadi kebiasan jika dilakukan terus menerus selama 66 hari, atau kurang lebih dua bulan. Maka indikator ini saya susun untuk dua bulan ke depan, dan nantinya akan dievaluasi lagi, untuk dibuat indikator baru. Bismillah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar