Kayaknya
membicarakan satu kata ini emang nggak ada habisnya. Gue pernah bikin note dan
cerpen khusus tentang masalah ini, tapi toh hasrat untuk membahas satu kata ini
selalu muncul. Oh iya sebelumnya, gue lagi macak orang kota nih, jadi maklumin
aja yee kalau pakai gue-elo.
Dalam note
dan cerpen gue, gue muncul dengan segala argumen tentang status yang kayaknya
emang sedang jadi trendsetter ini. Saking
(kelihatannya) kekeuh banget sama status jomblo, sampai-sampai ada seseorang
yang bilang kalau ilmu jomblo gue udah expert
banget =.=
Tapi
kemudian, gue jadi mikir, bisakah gue membuktikan minimal satu argumen ‘jomblo
adalah pilihan’. Karena kenyataannya, gue belum pernah terjebak dalam suatu
kondisi dimana prinsip kejombloan gue benar-benar tergoyahkan.
Selama ini,
gue selalu berada dalam kondisi yang memiliki pengontrol untuk tetap berada
dalam fase bebas (ehem, jomblo is freedom katanya). Entah itu karena gue nggak
suka sama dianya. Entah itu karena dua hati yang sebenarnya saling menunggu,
lama, tapi akhirnya mati tanpa tahu T-T
Entah itu
karena gue suka tapi cuma diam-diam. Entah itu karena suka-sama-suka tapi
dianya udah nggak sendiri (jangan ditiru yaaa). Entah itu karena sama-sama-suka
tapi dianya telat nembak. Atau etcetera lah. Yang jelas, semua kondisi yang gue
alami belum pernah BENAR-BENAR menggoyahkan status gue.
Nah, yang jadi pertanyaan adalah semisal ada
kesempatan yang sangat amat memungkinkan dan gue udah sama-sama nyaman dengan
seseorang, apakah iya gue tetep bisa MEMILIH untuk jomblo?
Sekarang gue
jadi baru bener-bener ngerti maksud dari ‘jomblo itu nasib, kalau single itu
prinsip’. Kata seseorang, jomblo itu nggak pacaran karena belum ada kesempatan,
tapi single itu nggak pacaran karena dia memang berprinsip.
Sebagai
sebuah analisa (egila bahasa gue sok amat), gue ambil kasus yang baru-baru ini
gue alami. Kemarin gue sempet berada dalam kondisi dimana berat untuk berkata ‘tidak’
#ciieee #sok
Nggak
berat-berat amat juga sih, cuma pas habis bilang ‘tidak’ itu rasanya jadi
pengen nangis. Huaaaaa, gue pengen lebay nih jadinya. Saat itu gue baru sadar,
kalau ternyata mempertahankan status jomblo juga bukan hal yang mudah. Oke,
singkat cerita akhirnya gue bilang ‘tidak’. Dan singkat cerita, gue masih
jomblo.
Yang jadi
pertanyaan dari kondisi di atas : gue ini jomblo apa single?
Gue beneran
bingung dengan prinsip apa yang sebenernya gue pegang selama ini. Sumpah,
beneran deh saat ini gue mendadak galau #pfft.
Gue bukan
tipe orang yang anti sama pacaran. Toh, nyatanya gue juga kadang pengen punya
pacar.
Kalau gue
dibilang single hanya karena kondisi yang udah pernah gue alami, bagi gue itu
masih kurang menantang. Gue sekarang malah pengen diuji berada dalam kondisi
yang benar-benar menggoyahkan status gue. Gue cuma pengen lihat, apa iya gue
masih bisa tetep memilih sendiri?
Kesimpulan
dari obrolan nggak jelas ini adalah gue sebenernya masih labil. Masih sangat
amat labil. Noh, nyatanya gue belum tahu kan harus berpegang sama prinsip yang
mana. Let it flow? Duh, klasik ini klasik -___-
*5 menit
kemudian*
Oke, gini
aja. Pada akhirnya, setelah garuk-garuk tengkuk, gue menetapkan untuk membuktikan
argumen gue sendiri : jomblo adalah pilihan, gue jomblo karena memilih jomblo
bukan karena nggak bisa punya pacar. Gue pengen jadi high quality jomblo
#fight.
Eits, ini
gue bicara dalam konteks pacaran, bukan nikah. Kalau nikah sih gue
setuju-setuju aja #SyndromMahasiswaMauWisuda.
Gimana, udah
pusing belum? Mari gue ajak ke pembicaraan yang lebih pusing lagi!
Sekarang gue
mikir, jomblo atau pacaran itu kan hanya masalah status. Ketika kita hanya
bercermin pada STATUS tanpa diikuti dengan niat menjaga diri dari lawan jenis,
itu hanya akan menjadikan kita jomblo tapi deket sama banyak orang (uhuk, jiwa
keakhwatan gue muncul).
Kayak gue
misalnya, karena merasa aman dengan status jomblo, akhirnya gue terlena dan deket
sama beberapa orang #sokpayu. Di sinilah sisi egois gue muncul, diajakin ‘iya’
sama salah satu nggak mau, tapi ditinggalin juga nggak mau. HAHAHA.
Gue sadar,
yang terpenting adalah menjaga diri dari lawan jenis, bukan menjaga diri dalam
kondisi jomblo. Ngakunya jomblo kalau kelakuannya udah kayak orang pacaran kan
sama aja #bukangueloh.
Tapi,
menjaga diri dari lawan jenis juga tidak lebih mudah dari mempertahankan status
jomblo.
Kayak gini
nih! Kalau gue udah suka dan deket sama seseorang, hati gue bilang itu jelek.
Iya gue tahu, sebagai seorang muslimah kan harusnya gue menjaga hati. Tapi
nggak bisa dipungkiri, separuh hati gue yang lain bilang, “Masak iya mau
berhenti? Sayang loh udah sampai di sini, jatuh cinta itu anugerah”. Nah kan,
galau lagi gue jadinya.
Jadi
intinya. . .jujur gue juga bingung intinya apa. Tolong deh siapapun juga yang
udah baca tulisan ini, bantu gue menyimpulkan pembicaraan random ini please =.=
Karena gue
seorang penulis amatir yang baik yang tidak ingin menambah pembaca makin
pusing, maka akan gue akhiri saja pembicaraan yang terlalu ribet dan
berbelit-belit ini. Gue cuma berharap, setelah ini gue akan mengalami
kejadian-kejadian yang akan memperjelas jati diri gue #sigh.