Rabu, 19 Desember 2012

The Great 5 cm!


Saya mungkin termasuk orang yang telat baca 5 cm. Gimana enggak, saya baru baca novel best seller ini enam tahun sejak dia terbit pertama kali, gilak! Saya beli novel ini 11 Agustus 2011 atas rekomendasi dari Nindy, temen saya di Cirebon yang selalu excited ngomongin Mahameru. Akhirnya, setelah dikompor-komporin beberapa lama, saya nyasar di toko buku, sendirian, malem-malem, waktu itu sih gara-gara main bareng temen dan saya kehilangan jejak mereka. Alhasil, kesasar malem itu mempertemukan saya dengan novel item setebal 3 cm ini.


Selasa, 13 November 2012

Sunset Bersama Rosie (A Novel by Tere Liye)


Duduklah sebentar, aku ingin menceritakan kisah mereka. Kau tahu Tegar? Ya, Tegar. Kalau bagi keponakannya-Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili-dia adalah paman yang hebat, super, dan keren, tapi tidak bagiku. Kalau bagi Rosie dia adalah sahabat terbaik, tapi tidak bagiku. Kalau bagi Oma dia adalah anak yang amat baik, tapi tidak bagiku. Kalau bagi bosnya dia adalah aset terbaik perusahaan, tapi tidak bagiku. Terlepas dari itu semua, aku tidak suka dengan dia. Dia banyak menyakiti Sekar, dan bahkan terkadang dia tidak sadar. Entahlah, aku terlalu memikirkan Sekar memang.

Tegar jahat, ah tidak tidak, mungkin dia hanya bodoh. Tegar bodoh. Sekar juga bodoh. Tidak, mereka sebenarnya tidak salah, hanya mungkin cinta memang tidak pernah baik pada mereka. Dan memang, sekali lagi, aku mengerti bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Hati tidak memilih.


Alhamdulillah Aku (Gagal) Menjadi Dokter


Sebenernya, bagaimana sih tahapan menjadi seorang dokter itu? Setelah kamu melalui hari-hari berat dengan buku-buku berat juga mata yang berat karena terlalu lama begadang pada masa perkuliahan, kamu akan diwisuda. Setelah diwisuda ini, kamu akan mendapat gelar S.Ked. di belakang namamu-inget! S.Ked di belakang nama, bukan dr. yang biasanya ditaruh di depan nama. Gelar dokter (dr.) itu baru akan disematkan di depan nama kamu setelah kamu menyelesaikan masa kepaniteraan di rumah sakit.  
Apa sih ko-ass itu? Mungkin, KO-ASS bisa dibilang Kumpulan Orang Selalu Salah. Kenapa selalu salah? Mungkin, bisa dibilang, apa yang kami lakukan selalu terasa salah, terutama untuk para konsulen. Sebagai “dokter pemula”, kami memang belum banyak memiliki jam terbang pada penanganan pasien. Jadi, kejadian dimarah-marahin oleh dokter spesialis di tempat ko-ass, misalnya karena salah menjawab, memang sudah menjadi makanan sehari-hari kami. Sebagai sarjana kedokteran, kami akan ditempatkan di rumah sakit untuk menyelesaikan 14 bagian spesialisasi atau yang biasa disebut dengan stase.  Kegiatan kami ya seperti layaknya petugas medis yang lain, kami memeriksa pasien, melakukan wawancara dengan pasien, membaca hasil foto, mengikuti operasi, hingga jaga bangsal. Semua kegiatan itu kami lakukan di bawah pengawasan, yaah, anggaplah bos kami, yang biasa disebut dengan konsulen.
Intinya, menjadi anak ko-ass itu susah-susah gampang. Kami banyak terbentur jadwal yang tidak pasti, mengingat orang sakit juga tidak pernah mengenal waktu. Kami juga terbentur jadwal operasi, jadwal poli, jaga bangsal, juga jadwal pacaran tentunya.
***

Kamis, 11 Oktober 2012

Behind The Scene Sepatah Kata Buat Buku Kenangan


Sender : STAN Rosyid
10 Oktober 2012 09:06
Nip, cerita yang kamu buat itu udah belum? Yang tentang kelas kita.

Saya terdiam. Tentu saja jawabannya belum. Beberapa waktu yang lalu, ketua kelas saya memang meminta saya untuk membuatkan cerita/tulisan untuk buku kenangan. Sampai hari ini, deadline, saya belum juga menulis. Hehe. Bagi saya ini bukan hal yang mudah. Pertama, sudah lama saya tidak menulis, dan rasanya tidak PD. Kedua, bagi saya menuliskan perjalanan hidup itu tidak mudah. Saya tidak yakin bisa menuliskan setiap detail kisah dan kejadian yang terangkum dalam sebuah cerita di keluarga kecil ini. Saya tidak yakin tulisan ini akan menjadi tulisan yang bisa mencakup semua sudut pandang. Sangat mungkin apa yang saya pikirkan berbeda dengan apa yang mereka pikirkan. Ketiga, menuliskan perjalanan satu tahun dalam selembar kertas A4 itu susah loohh =.=

Jumat, 17 Agustus 2012

17 Agustus = HUT RI?



Hari ini hari Jumat. Hari ini Bulan Ramadhan. Dan hari ini tepat 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Terus?

Bagi saya hari ini tetap biasa-biasa saja. Sama seperti kemarin. Sama seperti satu bulan yang lalu. Yang membedakan hanyalah hari ini saya banyak melihat bendera merah putih di pinggiran jalan lengkap dengan pernak-pernik khas 17an. Banyak update-an status tentang Indonesia. Banyak iklan-iklan bertemakan perjuangan. Banyak mendengar diskusi kemerdekaan di media. Dan mendengar lagu kebangsaan lebih dari tiga kali.

Rabu, 15 Agustus 2012

Aku, Mereka, dan Masjid Kami (karena ternyata perjuangan itu indah)


Gue bukan orang hebat, gue bukan pahlawan, gue bukan orang berjasa yang punya pengaruh besar.
Gue hanyalah gue, remaja biasa yang pernah berusaha berjuang untuk ‘ada’ di daerah gue.

Semua ini tentang daerah gue, masjid gue, pengajian di daerah gue. Gue sadar, daerah gue bukanlah daerah dengan agama yang baik. Kami punya masjid, tapi bisa dibilang itu hanya simbol. Kami nggak kayak daerah lain yang punya kegiatan segudang di masjid. Nggak ada pengajian peringatan keagamaan, nggak ada tadarusan tiap ramadhan, nggak ada mabit atau lomba-lomba kayak daerah lain. Gimana mau ada, remaja masjid pun nggak ada di daerah gue. Bahkan pengajian TPA pun seperti hidup segan mati tak mau.

Sekali lagi gue bukan orang hebat. Tapi setidaknya gue pernah berusaha.

#buber47

Udah jadi budaya kali ya kalau tiap ramadhan pasti banyak undangan buber. Tahun ini juga. Dan buber yang paling megang buat tahun ini adalah #buber47. Bubernya alumnus ekamas angkatan 47.

Saya mulai ngeh sama kegiatan ini sejak promosi di twitter yang keren abis. Mulai dari admin @ekamas47 yang super gokil dalam mempromosikan kegiatan ini, ramenya twit dengan hastag #buber47, sampai ava yang kompakan menjelang kegiatan ini.

Ini nih maskot #buber47 sekaligus ternding ava di twitter :

Kamis, 02 Agustus 2012

Pujian itu Ujian




@KamusCewek
Cewek itu sebenernya selalu pengen dipuji, meski pada saat dipuji dia akan bilang “nggak kok” #KamusCewek

Disadari atau nggak, kalimat di atas itu bener. Eh bentar-bentar, ini aku nulis berdasarkan apa yang aku pikirkan dan aku rasakan. In My Opinion. Gatau juga, nanti yang aku tulis itu berlaku untuk semua cewek atau nggak. Semoga sih iya, mehehe.

Rabu, 01 Agustus 2012

Tidak Selamanya

Aku tahu, tidak selamanya kamu akan menunggu
Pergilah jika memang kamu sudah bosan
karena menunggu memang sesuatu yang membosankan
Tapi. ..
Ku mohon, pergilah dengan tersenyum
karena akan lebih mudah bagiku untuk merelakanmu

Bagian tersulitnya hanyalah
ketika aku merelakanmu pergi
tanpa mengijinkan kamu tahu perasaanku. . .

Aku tahu, tidak selamanya kamu akan berlari
Ada saat dimana kamu merasa lelah
Dan bila tiba saatnya, berhentilah berlari
Carilah tempat persinggahan terdekat

Tapi yakinlah, jika memang aku tempat yang telah disediakan untukmu
dengan berjalan pun, suatu saat kau akan sampai
Di sini. . .

Selasa, 31 Juli 2012

Bukan Diriku (cerpen)

Yuhuuuu, ini sebenernya ada sequel dari cerpen Ku Cinta Kau dan Dia, bagi yang belum baca bisa buka link ini http://www.facebook.com/notes/hanifa-amanati/ku-cinta-kau-dan-dia-cerpen/225182650828456

Enjoy this story :)


Bukan Diriku

Setelah kupahami
Ku bukan yang terbaik
Yang ada dihatimu

Tak dapat ku sangsikan
Ternyata dirinyalah
Yang mengerti kamu
Bukanlah diriku
***

Surat Untuk Calon Pemilik Hati



Teruntuk calon suamiku, yang semoga senantiasa dirahmati Allah.

Aku tahu, engkau tahu kalau cinta adalah anugerah. Kita tidak pernah tahu kapan cinta datang dan akan kepada siapa cinta itu kita berikan. Dan begitulah yang terjadi padaku saat ini.

Maafkan aku, calon imamku, kini aku memendam perasaan itu kepada seseorang yang belum tentu itu dirimu. Maafkan aku jika aku masih sering mencuri-curi pandang ke arahnya. Maafkan aku jika aku tidak bisa mengatur frekuensi detak jantungku saat dia menggodaku. Maafkan aku jika aku tidak bisa menahan bibirku untuk tidak tersenyum saat dia memujiku. Sungguh, hati wanita memang lemah dan Allah selalu menguji tepat di bagian itu.

Calon suamiku, maafkan aku jika aku masih belum bisa seutuhnya menjaga hati ini untukmu. Aku hanya bisa berharap, jika memang kelak dia adalah dirimu maka aku yakin Allah akan mempertemukan kita di saat yang tepat dengan cara terindah. Tapi jika memang bukan, maka biarkanlah perasaan ini hanya aku dan Allah yang tahu. Sungguh, bukan hal yang mudah menahan perasaan ini, tapi untukmu. . .aku akan berusaha. Jika memang rasa ini tidak pada tempatnya, aku hanya berharap ia akan hilang seiring berjalannya waktu.

Aku tahu masih banyak cela dalam diri ini. Aku akan berusaha untuk istiqomah menjaga hati ini, hingga saat tiba waktunya nanti aku akan siap mempersembahkan hati ini seutuhnya untukmu.

Kamar Kos, 30 Juli 2012

Rabu, 25 Juli 2012

Ketika Status Menggalaukanku




Kayaknya membicarakan satu kata ini emang nggak ada habisnya. Gue pernah bikin note dan cerpen khusus tentang masalah ini, tapi toh hasrat untuk membahas satu kata ini selalu muncul. Oh iya sebelumnya, gue lagi macak orang kota nih, jadi maklumin aja yee kalau pakai gue-elo.

Dalam note dan cerpen gue, gue muncul dengan segala argumen tentang status yang kayaknya emang sedang jadi trendsetter ini. Saking (kelihatannya) kekeuh banget sama status jomblo, sampai-sampai ada seseorang yang bilang kalau ilmu jomblo gue udah expert banget =.=

Tapi kemudian, gue jadi mikir, bisakah gue membuktikan minimal satu argumen ‘jomblo adalah pilihan’. Karena kenyataannya, gue belum pernah terjebak dalam suatu kondisi dimana prinsip kejombloan gue benar-benar tergoyahkan.

Selama ini, gue selalu berada dalam kondisi yang memiliki pengontrol untuk tetap berada dalam fase bebas (ehem, jomblo is freedom katanya). Entah itu karena gue nggak suka sama dianya. Entah itu karena dua hati yang sebenarnya saling menunggu, lama, tapi akhirnya mati tanpa tahu T-T
Entah itu karena gue suka tapi cuma diam-diam. Entah itu karena suka-sama-suka tapi dianya udah nggak sendiri (jangan ditiru yaaa). Entah itu karena sama-sama-suka tapi dianya telat nembak. Atau etcetera lah. Yang jelas, semua kondisi yang gue alami belum pernah BENAR-BENAR menggoyahkan status gue.

Nah, yang jadi pertanyaan adalah semisal ada kesempatan yang sangat amat memungkinkan dan gue udah sama-sama nyaman dengan seseorang, apakah iya gue tetep bisa MEMILIH untuk jomblo?

Sekarang gue jadi baru bener-bener ngerti maksud dari ‘jomblo itu nasib, kalau single itu prinsip’. Kata seseorang, jomblo itu nggak pacaran karena belum ada kesempatan, tapi single itu nggak pacaran karena dia memang berprinsip.

Sebagai sebuah analisa (egila bahasa gue sok amat), gue ambil kasus yang baru-baru ini gue alami. Kemarin gue sempet berada dalam kondisi dimana berat untuk berkata ‘tidak’ #ciieee #sok
Nggak berat-berat amat juga sih, cuma pas habis bilang ‘tidak’ itu rasanya jadi pengen nangis. Huaaaaa, gue pengen lebay nih jadinya. Saat itu gue baru sadar, kalau ternyata mempertahankan status jomblo juga bukan hal yang mudah. Oke, singkat cerita akhirnya gue bilang ‘tidak’. Dan singkat cerita, gue masih jomblo.

Yang jadi pertanyaan dari kondisi di atas : gue ini jomblo apa single?

Gue beneran bingung dengan prinsip apa yang sebenernya gue pegang selama ini. Sumpah, beneran deh saat ini gue mendadak galau #pfft.

Gue bukan tipe orang yang anti sama pacaran. Toh, nyatanya gue juga kadang pengen punya pacar.

Kalau gue dibilang single hanya karena kondisi yang udah pernah gue alami, bagi gue itu masih kurang menantang. Gue sekarang malah pengen diuji berada dalam kondisi yang benar-benar menggoyahkan status gue. Gue cuma pengen lihat, apa iya gue masih bisa tetep memilih sendiri?

Kesimpulan dari obrolan nggak jelas ini adalah gue sebenernya masih labil. Masih sangat amat labil. Noh, nyatanya gue belum tahu kan harus berpegang sama prinsip yang mana. Let it flow? Duh, klasik ini klasik -___-

*5 menit kemudian*

Oke, gini aja. Pada akhirnya, setelah garuk-garuk tengkuk, gue menetapkan untuk membuktikan argumen gue sendiri : jomblo adalah pilihan, gue jomblo karena memilih jomblo bukan karena nggak bisa punya pacar. Gue pengen jadi high quality jomblo #fight.

Eits, ini gue bicara dalam konteks pacaran, bukan nikah. Kalau nikah sih gue setuju-setuju aja #SyndromMahasiswaMauWisuda.

Gimana, udah pusing belum? Mari gue ajak ke pembicaraan yang lebih pusing lagi!

Sekarang gue mikir, jomblo atau pacaran itu kan hanya masalah status. Ketika kita hanya bercermin pada STATUS tanpa diikuti dengan niat menjaga diri dari lawan jenis, itu hanya akan menjadikan kita jomblo tapi deket sama banyak orang (uhuk, jiwa keakhwatan gue muncul).

Kayak gue misalnya, karena merasa aman dengan status jomblo, akhirnya gue terlena dan deket sama beberapa orang #sokpayu. Di sinilah sisi egois gue muncul, diajakin ‘iya’ sama salah satu nggak mau, tapi ditinggalin juga nggak mau. HAHAHA.

Gue sadar, yang terpenting adalah menjaga diri dari lawan jenis, bukan menjaga diri dalam kondisi jomblo. Ngakunya jomblo kalau kelakuannya udah kayak orang pacaran kan sama aja #bukangueloh.

Tapi, menjaga diri dari lawan jenis juga tidak lebih mudah dari mempertahankan status jomblo.

Kayak gini nih! Kalau gue udah suka dan deket sama seseorang, hati gue bilang itu jelek. Iya gue tahu, sebagai seorang muslimah kan harusnya gue menjaga hati. Tapi nggak bisa dipungkiri, separuh hati gue yang lain bilang, “Masak iya mau berhenti? Sayang loh udah sampai di sini, jatuh cinta itu anugerah”. Nah kan, galau lagi gue jadinya.

Jadi intinya. . .jujur gue juga bingung intinya apa. Tolong deh siapapun juga yang udah baca tulisan ini, bantu gue menyimpulkan pembicaraan random ini please =.=

Karena gue seorang penulis amatir yang baik yang tidak ingin menambah pembaca makin pusing, maka akan gue akhiri saja pembicaraan yang terlalu ribet dan berbelit-belit ini. Gue cuma berharap, setelah ini gue akan mengalami kejadian-kejadian yang akan memperjelas jati diri gue #sigh.      

Sabtu, 14 Juli 2012

Ketika Kita Disakiti

Pernah disakitin? Gimana rasasanya? Nyesek?
Kalau disakitin, kamu pengennya ngapain? What will you do?




Kalau aku sih pengennya bales nyakitin, kalau bisa LEBIH sakit lagi. PE-NGEN-NYA.

Geregetan sih soalnya, rasanya pengen bilang, "Dikira cuma kamu yang bisa bikin nyesek? Kamu bisa segini, aku bisa bikin kamu lebih nyesek dari ini!" Kalau mau sih bisa. KALAU MAU. Tapi kadang keinginan balas dendam itu terurungkan, karena. . .

Pertama
Akan sangat tidak dewasa apabila kita balas menyakiti orang yang telah menyakiti kita. Kita hanya akan menjadi sama tidak dewasanya dengan dia.

Kedua
Hal terbaik yang bisa kita lakukan kepada orang yang telah menyakiti kita adalah berbuat baik kepadanya. Beban moral yang harus ditanggung orang yang menyakiti itu lebih besar daripada orang yang disakiti. So, berbuat baik kepada orang yang telah menyakiti kita itu setidaknya akan membuat dia merasa bersalah.

Ketiga
Membuat dia menyesal telah menyakiti kita dengan menunjukkan bahwa kita terlalu berharga untuk disakiti. Tidak ada yang lebih memuaskan daripada melihat dia menyesal telah menyakiti kita.

Yuhuuu, sadis banget kayaknya postingan kali ini :D

Jumat, 13 Juli 2012

Karena Sahabat Tahu

Karena sahabat tahu mana senyum 'beneran' dan mana senyum 'pura-pura'


Ada sepasang sahabat, sebut saja A dan B. Suatu ketika A mendapati B sedang kelihatan galau.

Di posisi A
Nyesek loh rasanya ketika menanyai sahabat yang sedang kelihatan galau dan mendapat jawaban, "Aku nggak gapapa, kok". Pertama, karena seorang sahabat tahu bahwa sebenarnya kamu ada apa-apa. Kedua, merasa nyesek karena itu rasanya sahabat kita tidak percaya untuk bercerita kepada kita. Ketika kita berada di posisi A, sebenernya kita akan lebih senang jika B bercerita kepada kita.

Di posisi B
Terkadang ketika memiliki masalah, kita butuh waktu untuk sendiri dan tidak mau diganggu. Kita tidak mau bercerita kepada sahabat kita bukan berarti kita tidak percaya. Pertama, kita memang lagi pengen sendiri dulu. Kedua, kadang merasa tidak enak kalau harus mengeluhkan masalah di depan sahabat. Takut merepotkan.

Nah, sebenernya pemecahannya gampang. Agar tidak membuat si A merasa nyesek, si B setidaknya bisa mengatakan, "Besok aja deh aku cerita, sekarang lagi pengen diem dulu, hehe". Meskipun besok-besok nggak jadi cerita karena udah lupa, haha. Nggak usah takut merepotkan, karena seorang sahabat tentu akan siap membantu sahabatnya. Mending jujur aja, setidaknya itu bisa membuat si A sedikit tenang. Jangan justru mendiamkannya. Ngelihat temen sedih itu juga bikin 'nggak enak' loh.

Untuk A, jika si B tidak jujur dan tetap mengatakan 'gapapa' itu berarti dia memang lagi pengen sendirian. Ngertiin dia dan jangan dipaksa. Emang kadang nyesek sih dan serba salah mau bersikap seperti apa. Tapi sebagai sahabat, memang kita harus bisa mengerti sahabat kita, kan?


Rabu, 13 Juni 2012

IP oh IP (cerpen)


Arya is calling. . .

Layar ponsel itu berkedip seiring dengan alunan reff Tonight-nya BigBang. Gadis yang sedang rebahan itu meraih ponsel hitam yang tergeletak di samping bantal kesayangannya. Sebelum menekan tombol answer, ia menyusut sisa-sisa air mata di sudut matanya. Entah apa hubungannya menyusut air mata dengan menekan tombol answer.

KLIK!

“Halo, Viaaa,” suara di seberang langsung terdengar.

“Hem,” jawab gadis itu tanpa semangat.

“Hari ini nggak ada acara kemana-mana, kan?”

“Kenapa emangnya?”

Suara di seberang tidak langsung terdengar. Ada jeda cukup lama yang membuat diam di antara mereka berdua. Detik selanjutnya, suara itu kembali terdengar melalui speaker ponsel touchscreen itu. “Tukang batagor langgananmu belum lewat, ya?”

Via mendecak kesal, saat itu juga ia merutuki nasib memiliki kekasih geje seperti Arya. “Ada apa sih, yaaaa?”

“Vi, ini kan belum tanggal lima belas. Belum tanggalnya kamu gampang ngambek sama sensitif kayak gini. Kenapa sih kenapa? Cerita lah!”

Via tidak menjawab, ia ingin memberikan sinyal kepada Arya kalau memang moodnya sedang kelindes truk dan butuh perbaikan. Huh! Mendadak ia benar-benar malas menanggapi kegejean kekasihnya.

Di seberang sana, Arya tiba-tiba mendapat pencerahan tentang hari apa ini. “Oh, aku tahu. Berapa IP-mu?” tanyanya kemudian.

“Jelek. Nggak usah dibahas,” jawab Via sekenanya.

“Nah, ketemu sekarang penyebabnya. Ya udahlah nggak usah ngambek gitu, masa IP yang jelek aku yang kena marah?”

“Siapa yang marah sama kamu?” timpalnya ketus.

“Duuhh, takut deh! Kamu dapet IP segitu atas usaha siapa? Kamu sendiri, kan?”

Alivia tidak menjawab pertanyaan retoris itu. Tangannya meraih teddy bear coklat yang tergeletak di sudut tempat tidurnnya lantas memeluknya. Dibiarkannya Arya melanjutkan pembicaraan itu.

“Apapun yang telah kamu dapat hari ini, itulah cerminan apa yang telah kamu usahakan kemarin. Bagus atau jeleknya IP-mu sekarang itu kan hasil usahamu sendiri.”

“Iya aku tahu itu, tapi tetep aja nyesek rasanya. Targetku nggak kesampaian,” adu Alivia.

“Target berapa kamu?”

“Paling nggak 3,5 lah dan kamu tahu yang aku capai berapa? 3,41. Ini kan baru semester pertama, sedangkan banyak yang bilang IP itu cenderung menurun di tiap semester,” kata Alivia masih dengan nada dingin.

“Itu kan KATANYA bukan FAKTANYA.”

Singkat. Padat. Tapi menohok.

“Dan faktanya, IP-mu sendiri turun, kan?” tandas Alivia.

“Wih, menohok sangat pernyataan dindaku ini.”

“Nah!” kata Alivia dengan nada menang.

“Nah, makanya tugas kamu menghapuskan anggapan yang sudah biasa itu. Buktikan kalau mitos IP makin turun itu tidak berlaku, setidaknya buat kamu.”

“Gampang? Iya ngomongnya.”

“Wuidih, ampun nek, dingin banget komentarnya. Udahlah, IP itu bukan segala-galanya, kan?”

“Iya. Tapi segala-galanya bisa berawal dari IP,” sambar Alivia cepat.

“Termasuk kamu jadi ganas begini juga berawal dari IP?” Arya membalas langsung pada sasaran.

“Ck.”

“Memangnya kalau IP-mu tinggi itu menjamin kamu sukses? Tidak. IP itu hanya mengantarkan kamu setidaknya sampai tahap wawancara, setelah itu di dunia kerja, IP itu bukan hal penting lagi.”

Alivia tidak menanggapi, seperti biasa jika sudah mulai serius seperti ini, sang mantan ketua OSIS itu akan mulai berorasi.

“Well, setidaknya ada 9 kecerdasan yang dimiliki manusia. Salah satunya kecerdasan matematika-logika dan kecerdasan bahasa yang sering dikategorikan sebagai kecerdasan intelektual yang dulu sering dianggap sebagai faktor kepintaran seseorang. Tapi apakah kalau pintar lantas menjamin kita sukses? Tidak. Ada sebuah penelitian, kalau nggak salah dari NACE USA aku juga lupa, yang menyatakan bahwa 457 pimpinan perusahaan bilang IP bukanlah hal yang dianggap penting dalam dunia kerja. Yang jauh lebih penting adalah sotfskill antara lain kemampuan komunikasi, kejujuran, kerjasama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan interpersonal dengan orientasi nilai pada kinerja yang efektif.”

Nah kan iya, tidak salah dulu pacarnya itu terpilih sebagai ketua OSIS. Tuh, nyatanya pinter banget kalau suruh ngomong. Alivia, meskipun dalam hati membenarkan semua perkataan Arya, tetap saja memasang muka cemberut mendengarkan nasihat kekasihnya itu.

“Dan kamu tahu softskill tersebut masuk dalam kecerdasan apa? Kecerdasan emosional. Gini deh, kamu tahu akun twitter shitlicious?”

“Iya, kenapa?”

“Kalau kamu pernah baca bukunya, yang skripshit, kamu bakalan bener-bener sadar kalau IP bukanlah sesuatu yang menentukan masa depan. Dia, si alit itu, pernah dapet IP satu koma dan sampai sekarang pun dia belum lulus kuliah. Entah udah berapa belas semester dia selami. Tapi toh nyatanya dia termasuk orang sukses sekarang. Di salah satu bab dalam bukunya, dia mengatakan kalau sekolah dan kampus itu bisa mendidik kita menjadi orang pintar, tapi hidup dan segala pengalaman bisa mendidik kita menjadi orang benar.”

Gadis berambut panjang itu menggerakkan jari telunjuknya mengikuti bordiran ‘love’ di bagian dada teddy bear coklatnya. Merasa jengkel. Entah karena yang dibicarakan Arya terlalu jleb baginya, atau entah karena dia males mendengarkan nasihat Arya. Saya juga tidak tahu.

Sayup-sayup Arya melanjutkan penjelasannya.

“Dan pengalaman seperti itu bisa kamu dapat di sekolah atau kampus salah satunya melalui organisasi. Sekarang gini, kamu pernah ngerasain gimana pusingnya jadi bendahara, besok laporan pertanggung jawaban keuangan harus diserahkan sedangkan uang yang kamu bawa itu dipinjem temen dan belum dikembaliin?”

“Belum. Lagian kalau tahu itu uang bendahara seharusnya nggak usah dipinjem-pinjemin dong,” jawab Alivia bete.

“Nah. Benar. Begitulah teorinya. Tapi kenyataan itu tak selalu sama dengan teori. Hidup itu bukan hanya sekedar teori. Beda jauh! Teori bisa saja mengatakan demikian, tapi ketika kamu menghadapinya real di dunia nyata, belum tentu teori itu bisa diberlakukan dengan tepat.”

Arya terlihat menarik napas untuk mengambil jeda sejenak. “Kamu mahasiswa ekonomi. Secara teori, meskipun IP kamu  menurutmu jelek. . .”

“Ih, jahat!” gerutu Alivia sebal.

“Hehe. Ya, secara teori aku yakinlah kamu menguasai ilmu-ilmu ekonomi. Tapi perwujudan nyatamu apa? Udah ngapain aja selama ini dengan ilmumu itu?”

Glek! Alivia meneguk ludah, mengingat memang selama ini dirinya terlalu pasif untuk hal-hal seperti itu. Dia jadi ingat, banyak temannya mulai menerapakan ilmu ekonominya entah dengan jualan design kaos, online shop, atau bahkan memanfaatkan peluang jualan sarapan karena sebagian dari teman kampus Alivia tidak sempat sarapan. 

“Apalah arti teori tanpa praktek,” lanjut Arya kemudian.

“Ehem, ini jadi kenapa dari tadi nyindir aku terus sih?”

“Aku bukan nyindir. Kamu hanya sedang menyangkal dirimu sendiri, Alivia sayang.”

“Ck. Aku kan lagi galau, Kak. Iya aku tahu semua yang kamu bilang tadi itu benar, aku tahu memang seharusnya begitu. Tapi emang nggak boleh ya aku nyesek? IP kan juga penting, setidaknya untuk saat ini.”

“Iya, aku tahu IP juga penting. Kita juga harus berjuang untuk itu, tapi ketika kita sudah berjuang, apa pantas kita menyesali perjuangan kita sendiri?”

“Kak, kadang ya, orang yang punya masalah itu tidak selalu butuh di nasehati, cukup di dengarkan sebenarnya dia udah seneng.”

Tepat sasaran. Arya di seberang sana, yang dari tadi merasa berhasil menasehati Alivia, tertunduk diam. Dia tiba-tiba sadar bahwa dia sudah terlalu banyak berbicara panjang-lebar. Berhubung saya penulis yang adil, tidak fair rasanya jika saya hanya menyudutkan salah satu pihak :P

“Iya, iya, maaf. Ya udah dong, makanya jangan nyesek lagi,” kata Arya mulai merayu. “Dan ngomong-ngomong kamu bisa nggak turun? Aku udah hampir lumutan berdiri di depan pintu rumahmu.”

Alivia terperanjat. Dia buru-buru melemparkan teddy bear coklatnya dan turun dari tempat tidur.

“Eh, Kak Ay ke rumah? Kenapa nggak bilang dari tadi, sihhhh?”

“Gimana mau bilang kalau kamu langsung ketus kayak tadi.”

“Hehe, iya, maaf. Ya udah tunggu bentar, aku turun.”
 ***

“Usaplah keringat yang mengalir membasahi keningmu
angkatlah ke atas dagumu yang tertunduk layu
Jangan menyerah
Jangan mengalah

Bangunkan, bangkitkan Semangat Juangmu hingga membara
Yakinkan, pastikan ini puncak segalanya
Berbanggalah karena kau adalah sang juara”

Arya tersenyum di akhir senandungnya sembari menatap Alivia yang berdiri tepat di depan pintu. Pemuda berperawakan tinggi itu lantas menurunkan gitar coklat yang memang ia bawa dari rumah dan berjalan mendekat ke arah gadis yang sedang tersenyum manis dihadapannya.

“Ih, Kak Ay sumpah nyebelin bangeeeeet,” gerutu Alivia manja.

“Nyebelin? Nyebelin apa terharu punya pacar sebijak aku?” goda Arya sambil mengerlingkan mata kanannya.

“Ih, apa deeehhhh! Pede banget!” Alivia menonjok pelan bahu kanan Arya.

“Udah yok, jalan! Nyari pengalaman biar kamu nggak galau.” Arya melingkarkan jemari tangannya pada tangan kanan Alivia.

“Es krim ya?” rajuk Alivia manja.

“Yeee, kenapa jadi nodong!”

“Es krim?”

“Ya udah, iya iyaa. Udah yok!”

“Yes! Siap, komandan!”

Dan mereka pun berlalu meninggalkan penulis yang sedang memeluk bantal dengan muka pengen ini. Hiks.
***

Kau luapkan energi terhebatmu
terangi bumi dengan peluh semangatmu
hadirkan buih keringat, basuhi raga
basahi kulit, basahi jiwa, lalu busungkan dada

Keringat adalah hasil
jerih payahmu terbayar dengan semangat yang kau ambil
terbang tinggi menuju awan
dimana kau bisa lupakan semua lawan
Stiap langkah, stiap jiwa di tiap langkah Mulai bercerita
wakilkan smua mimpi mimpi yang tenggelam siap menantang bumi
dan kau adalah pemenang
Bangunkan, bangkitkan Semangat Juangmu hingga membara
Yakinkan, pastikan ini puncak segalanya
Berbanggalah karena kau adalah sang juara
(Sang juara-Bondan)

-THE END-

Jeng jeng!
As usual, I just wanna share my opinion. And here it is. . .jadilah seperti ini. Cerpen-cerpen saya, seringkali memang tidak memenuhi kaidah ke-cerpen-an (?) karena memang ketika saya menulis, saya jarang memperhatikan hal-hal seperti itu. Nulis ya nulis aja gitu, hehe.

Sebenernya, ide cerpen ini udah muncul sejak lama. Sejak saya pengumuman IP dulu, tapi baru sempet selesai sekarang. Dan lagi-lagi, saya menghadirkan sesosok cewek galau dan hadirnya seorang cowok sok pahlawan yang menjadi tukang menyelesaikan masalah dengan (maksa) bijak #nyeh. Saya baru sadar, saya terlalu sering menulis cerpen dengan cara ini -___-

Well, kata-kata ‘IP bukan segala-galanya tapi segala-galanya bisa berawal dari IP’ itu adalah kata-katanya BigBoss, Dosen saya tercute, Bapak Roy. Nada panggilannya si  Alivia itu adalah nada panggilannya Mbak Ayu. Boneka teddy bear itu cuma ada di khayalan saya. Research NACE USA itu saya googling. Lagu yang dinyanyiin Arya itu lagunya Mas Bondan. Ceritanya si Alit itu emang bener, cek deh ke acc twitter @shitlicious. IP 3,41 itu adalah IP saya, errrr *entah harus nangis atau bangga*. Terusss. . .udah kayaknya itu doang, selebihnya itu berasal dari otak saya.

Oh iya, cerpen ini saya dedikasikan khusus untuk makhluk-makhluk yang menghuni ruangan lantai 2 samping tangga gedung depan tiang bendera BDK Jogja :)

Finally, monggo yang sudah baca tinggalkan komentar. Hatur nuhun buat semua-muanya :)  


Kamar Kos, 12 Juni 2012
23 : 42

Jumat, 04 Mei 2012

Kisah Dibalik Cerita


Well, banyak orang bertanya, “Nif, cerpen ini kisah pribadimu ya?”. Is it right? May be yes, may be no. Inspirasi itu bisa datang dari mana saja, terutama dari apa yang kita baca, kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan *cieeee*. And so do I. Cerpen-cerpen yang saya tulis itu memang sedikit banyak terinspirasi dari apa yang terjadi di sekitar saya. Jadi, kalau dikatakan itu kisah pribadi sayaaaa, iyasih tapi nggak juga ding :P

Akhir-akhir ini, entah kenapa saya lebih sering bikin cerpen motivasi. Yaaa, pokoknya yang mengandung ‘sesuatu’ gitu lah. So, saya akan membahas dari mana saja inspirasi cerpen-cerpen itu berasal. Let’s see!

Pesan dari Mas Bio
Cerpen ini saya tulis pas saya lagi galau-galaunya menentukan pilihan untuk kuliah. Biasalah masalah ababil yang mau lulus SMA gitu! Inspirasi cerpen ini datang setelah saya meeting *cielah, gaya banget bahasa gue* buku tahunan sama temen-temen dan Mas Febriyo Hadikesuma a.k.a Mas Bio. Yap! Nama cowok di cerpen itu saya sesuaikan dengan nama asli. Waktu itu Mas Bio emang ngomongin sesuatu yang jleb banget buat kita-kita. Pengen tahu pesan apa yang disampaikan Mas Bio? Check this out!

Belum Berakhir
Dunia belum berakhir
Bila kau putuskan aku
Masih banyak teman-temanku disini
Menemaniku. . .
Yap yap yap! Insiprasi cerpen ini berasal dari lirik lagu tersebut. Saya beneran lupa ini lagunya siapa T-T
Di cerpen ini saya cuma ingin menyampaikan bahwa orang yang putus itu nggak selalu nangis dan sedih berkepanjangan. Berhubung cerpen ini adalah tipe FF maka saya memakai nama anak-anak Idola Cilik sebagai tokohnya.
Pengen bisa memotivasi diri sendiri kayak Ify, baca deh cerpennya :)

Pasti Bisa!
Cerpen yang satu ini ajib banget dah! Full of inspiration. Cerpen ini saya buat pas saya gagal dalam SNMPTN. Pada dasarnya, saya cuma berusaha menasehati dan menyemangati diri saya sendiri lewat cerpen ini. But, guess what! Praise God banget, cerpen ini juga berhasil menyemangati banyak orang, yeeeeaaaayyy!
Beberapa SMS yang ada di dalam cerpen itu memang SMS yang pada waktu itu saya terima.
Untuk mengingat nomor pendaftaran dan tanggal lahir saya, saya sengaja mencantumkannya dalam salah satu SMS.
Kata-kata bijak yang dikatakan Ayah itu berasal dari salah satu SMS Muhasabah yang saya terima dari Kak Ririn.
Tweetnya Cakka merupakan tweet teman saya yang juga gagal, Franky Herlambang Prasetya. Thanks, Boy :)
Percakapan awal antara Acha dan Kak Rio ini merupakan wtw-an saya sama temen saya, Davin Anggara Putra. Padahal sih waktu itu dia nggak ada niatan nyemangatin saya :D
Analogi tomat dan cabai itu saya temukan di salah satu buku SNMPTN.
Tulisan Denis Waitley itu juga saya temukan di salah satu buku SNMPTN.
“Lo boleh mundur selangkah sekarang, tapi untuk maju ratusan langkah lebih dari yang sudah sukses saat ini.” Itu kata-kata penyemangatnya Mas Bio buat saya waktu itu. Makasih banyak, Mas :))
Last but not least, lagu Sheila on 7 yang memberikan semangat buat saya. Pasti Ku Bisa.
Lagi-lagi tipe cerpen ini adalah FF, hehe. Hayooo, tertarik baca cerpen ini? Buka link di bawah dan tinggalkan komentar :)

Pedih
Niatan awal bikin cerpen ini sebenernya cuma karna saya lagi seneng sama lagunya Last Child-Pedih, jadilah saya bikin cerpen yang di dalemnya ada lirik lagu Pedih. Semacam songfiction gitu deh, ahahaha. Jleb banget sih lagunya itu u,u
Tapi teteeeep, di dalemnya nggak cuma ada lirik tapi juga ada sesuatu yang ingin saya sampaikan. Would you like to know ‘something’? Check it out by yourself :D

Ini Tentangnya
Inspirasi utama cerpen ini adalah status fb-nya Franky Herlambang Prasetya.
“Kita tidak perlu takut dengan penilaian orang tentang siapa kita, karena kita lah yang harus menunjukkan kepada mereka siapa diri kita.”
Nah, entah kenapa jadi cerpen semacam di bawah ini, ohoho.

Saat Ulat Telah Menjadi Kupu
Ini juga salah satu cerpen yang saya suka banget, hahaha. Beberapa hari sebelum bikin cerpen ini, saya sering banget ngebayangin adegan-adegan saya sama suami  saya (besok), wkwk. Asli saya juga bingung kenapa bisa kebayang kayak gitu. Yaaa. . .kayaknya punya suami itu enak #abaikan.
Berawal dari khayalan saya yang emang sering aneh, saya berpikir harus membuat cerpen yang seperti apa agar bisa diselipkan adegan itu. Maka, jadilah cerpen ini.
Masalah utama di cerpen ini sebenernya masalah yang juga saya hadapi. Kepengen jadi dokter tapi nggak kesampaian. Dan saya ingin menyampaikan bahwa profesi itu nggak cuma dokter. Jadi guru pun bisa lebih hebat dari dokter. 
Dulu saya sempat terobsesi punya suami seorang dokter, maka di cerpen ini suami si tokoh utama adalah seorang dokter. Cieeee Kak Aska cieeeee #plak.
Inspirasi ‘titik nadir’ itu berasal dari motivasinya Mario Teguh.
Beberapa quote tentang guru itu saya ambil dari status saya, yang murni dari pemikiran saya sendiri.
Ikut upacara kemerdekaan di Istana Negara itu merupakan impian saya :’’’)
Analogi ulat dan kupu itu udah sering denger sih, jadilah saya pakai, hehe.
Dan jeng jeng. . .the most part I like is adegan di balkon antara Kak Aska dan Dania. Itu adegan yang saya bayangkan dengan suami saya (besok), ahahaha.
Awalnya sempet malu juga sih mau ngepost cerpen ini, abisnya rada dewasa gitu. Sedangkan orang-orang tahunya saya ini masih kecil dan imut-imut, pasti deh bakalan diketawain =.=
But, setelah mengumpulkan keberanian (baca : kenekatan) akhirnya saya mengepost juga cerpen ini, hoho. 

You’re Beautiful
Cerpen ini sebenernya berisi nasihat untuk diri saya sendiri yang galau soal kecantikan, wkwk. Yaaa, saya emang sering punya masalah sendiri. Direnungkan. Cari pemecahan dan pemikiran bijak. Dan akhirnya saya share dalam bentuk cerpen.
Sebenernya cerpen ini lahir berkat buku ‘I Love Me’ juga. Soalnya dari buku itu, saya bener-bener sadar bahwa memang kecantikan fisik itu bukan hal yang utama. Penting sih, tapi bukan yang terpenting :)
Thanks buat lagunya Cherrybelle yang saya selipkan untuk memperkuat cerpen ini. Meski banyak yang ngebully lagu-lagunya Chibi, tapi sebenernya lagu ini punya makna yang dalem dan bagus banget. Awalnya saya mau pakai lagunya Firework-Katty Perry, tapi rada nggak pas gitu.
So, yang masih galau soal penampilan, baca deh cerpen ini. Siapa tahu bisa mengubah paradigma :)

Jomblo? So What?
Saya bikin cerpen ini untuk menyemangati sahabat saya yang lagi sakit hati, Lisna Fitri Andari. Ide cerpen ini muncul saat saya sedang mencuci baju. Yah begitulah, selain sebagai penulis amatiran saya juga sering jadi Ipeh Pembantu Sekseh #ngek.
Update-an Shilla di awal itu saya ambil dari tweet saya.
Soal cacing-cacing itu saya ambil dari status fb-nya si Suyem Lisna.
Tweetnya Shilla di akhir itu saya temukan di salah satu update-an fb temen saya, gatau siapa namanya, hahaha.
Ify yang jomblo 16 tahun (baca : 19 tahun) itu saya banget =.=
Saya juga nggak tahu, kenapa orang secantik saya ini masih juga jomblo *kresek mana kresek*.
‘Kadar kecantikan menurun’ itu sebenernya kata-kata yang sering banget dipakai Mas Yoga Rendra Saputra. Orang yang NGAKUNYA ganteng :3
Pemikiran-pemikiran tentang jomblo itu berasal dari pemikiran brilliant saya dan Lisna. Saya memang jenius teman-teman *ya kadang kadang doang sih kalau lagi bener -___-*.


Well, begitulah ceritanya. Jadi, saya ini kalau bikin cerpen sebenernya cuma pengen nge-share pemikiran dan pendapat saya tentang suatu permasalahan. Tapi saya bikin jadi semacam cerpen gitu. Saya selama ini berusaha mempertahankan gaya nulis saya yang santai, jadi nggak berat biar pembacanya juga nggak bosen. ‘Sesuatu’ yang ingin saya sampaikan terkadang nyelip di antara bercandaan tokoh-tokoh. Jadi, nggak serius gitu.

Yap! Akhirnya waktu juga yang harus memisahkan kita. Saya akhiri perjumpaan saya sampai di sini. Bagi yang ingin ngobrol banyak dengan saya, hubungi di nol lapan satu sekian sekian sekian. Bye bye dan semoga bermanfaat :*