Orang berilmu dan beradab tidak akan
berdiam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke
negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti
dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa
setelah lelah berjuang
Aku melihat air menjadi rusak karena diam
tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak,
kan keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan
dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak
akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak
dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan
memandang
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum
digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
jika di dalam hutan.
(Imam Syafii)
Kata mutiara
di atas tertulis di lembar sebelum bab pertama novel Negeri 5 Menara yang
langsung bikin saya berjanji harus merasakan dinginnya salju di luar sana,
yeah!
Secara
keseluruhan novel ini memang sangat menginspirasi dan bikin semangat. Motivatif
banget. Dan part yang paling bikin semangat saya tersengat ada di bab
ketigabelas, Sepuluh Pentung, yang
berisi nasihat Udztad Salman. Begini kira-kira nasihatnya :
“Man
shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan
penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan.
Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil,
yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misi dalam hidup.”
“Menurut buku yang sedang saya baca, ada
dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses yaitu going the extra miles. Tidak menyerah
dengan rata-rata. Kalau orang belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, kalau
orang berlari 2 kilo, dia akan berlari 3 kilo. Kalau orang menyerah di detik
ke-10, dia tidak akan menyerah sampai detik ke-20. Selalu berusaha meningkatkan
diri lebih dari orang biasa. Karena itu mari kita budayakan going the extra miles, lebihkan usaha,
waktu, upaya, tekad, dan sebagainya dari orang lain. Maka kalian akan sukses.”
“Resep lainnya adalah tidak pernah
mengijinkan diri kalian dipengaruhi unsur di luar diri kalian. Oleh siapa pun,
apa pun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa,
dan takut karena ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian
sendiri, jangan serahkan kekuasaan terhadap orang lain. Orang boleh menodong
senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian puya
pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya
dengan pengaruh luar.”
“Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam
situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati
kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya, adalah hati orang sukses.”
*nyeka
keringat*
Ya ampun,
saya jadi berasa nyalin novel ini mah, haha. Nggak papa sih, ini demi kamu yang
lagi baca, saya rela nulis panjang untuk berbagi motivasi. Baik banget kan
sayaaaa? #apapunlah
Secara alur
cerita, saya merasa novel ini biasa aja. Antar bab terkadang tidak ada
hubungannya secara erat, jadi bikin enggak nagih. Biasanya kalau saya baca
novel dan udah masuk ke dalam cerita, saya bakal nggak bisa berhenti buat baca.
Tapi di novel ini, saya stuck di halaman 174 sampai berhari-hari. Entah karena
saya lagi males, atau karena memang tidak ada unsur nagihnya. IMO loh yaa IMO.
Penokohannya
juga kurang kuat saya rasa. Bang Fuadi ini cenderung diskriptif. Menjelaskan
karakter tiap tokoh melalui penjelasan langsung, bukan melalui ucapan dan
tindakannya. Jadi ya IMO lagi, karakternya kurang kuat.
Efek yang
saya rasakan saat membaca novel ini adalah lelah. Saya membayangkan jadwal
pondok yang sebegitu padatnya, ujian yang lama banget, hafalan dan tuntutan
materi yang harus dipelajari banyak banget, rutinitas yang menurut saya
begitu-begitu saja, tugas-tugas yang dikejar deadline, dan segala antah
berantahnya. Hebat banget bagi mereka yang akhirnya bisa menamatkan pendidikan
dengan baik. Saya membayangkan saja rasanya kok berat banget gitu yaa -_-
Tapi
terlepas dari itu semua, novel ini tetep inspiratif, penuh semangat, penuh
motivasi, penuh kerja keras. Bikin asap keluar dari ubun-ubun saking
semangatnya :D
Terakhir,
tidak semua yang kita impikan dapat kira raih. Terkadang keadaan memaksa kita
untuk mengambil jalan lain. Tapi selama kita tetap berani bermimpi dan bekerja
keras untuk meraihnya, niscaya kita akan mendapatkan pengganti yang lebih baik.
Bermimpilah
dan bersungguh-sungguhlah untuk meraihnya. Man
jadda wajada!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar