Jumat, 11 Januari 2013

Oleh-oleh dari Negeri 5 Menara


Orang berilmu dan beradab tidak akan berdiam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
jika di dalam hutan.

(Imam Syafii)



Kata mutiara di atas tertulis di lembar sebelum bab pertama novel Negeri 5 Menara yang langsung bikin saya berjanji harus merasakan dinginnya salju di luar sana, yeah!

Secara keseluruhan novel ini memang sangat menginspirasi dan bikin semangat. Motivatif banget. Dan part yang paling bikin semangat saya tersengat ada di bab ketigabelas, Sepuluh Pentung, yang berisi nasihat Udztad Salman. Begini kira-kira nasihatnya :

Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misi dalam hidup.”

“Menurut buku yang sedang saya baca, ada dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Kalau orang belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, kalau orang berlari 2 kilo, dia akan berlari 3 kilo. Kalau orang menyerah di detik ke-10, dia tidak akan menyerah sampai detik ke-20. Selalu berusaha meningkatkan diri lebih dari orang biasa. Karena itu mari kita budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad, dan sebagainya dari orang lain. Maka kalian akan sukses.”

“Resep lainnya adalah tidak pernah mengijinkan diri kalian dipengaruhi unsur di luar diri kalian. Oleh siapa pun, apa pun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa, dan takut karena ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan terhadap orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian puya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar.”

“Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya, adalah hati orang sukses.”

*nyeka keringat*
Ya ampun, saya jadi berasa nyalin novel ini mah, haha. Nggak papa sih, ini demi kamu yang lagi baca, saya rela nulis panjang untuk berbagi motivasi. Baik banget kan sayaaaa? #apapunlah

Secara alur cerita, saya merasa novel ini biasa aja. Antar bab terkadang tidak ada hubungannya secara erat, jadi bikin enggak nagih. Biasanya kalau saya baca novel dan udah masuk ke dalam cerita, saya bakal nggak bisa berhenti buat baca. Tapi di novel ini, saya stuck di halaman 174 sampai berhari-hari. Entah karena saya lagi males, atau karena memang tidak ada unsur nagihnya. IMO loh yaa IMO.

Penokohannya juga kurang kuat saya rasa. Bang Fuadi ini cenderung diskriptif. Menjelaskan karakter tiap tokoh melalui penjelasan langsung, bukan melalui ucapan dan tindakannya. Jadi ya IMO lagi, karakternya kurang kuat.

Efek yang saya rasakan saat membaca novel ini adalah lelah. Saya membayangkan jadwal pondok yang sebegitu padatnya, ujian yang lama banget, hafalan dan tuntutan materi yang harus dipelajari banyak banget, rutinitas yang menurut saya begitu-begitu saja, tugas-tugas yang dikejar deadline, dan segala antah berantahnya. Hebat banget bagi mereka yang akhirnya bisa menamatkan pendidikan dengan baik. Saya membayangkan saja rasanya kok berat banget gitu yaa -_-

Tapi terlepas dari itu semua, novel ini tetep inspiratif, penuh semangat, penuh motivasi, penuh kerja keras. Bikin asap keluar dari ubun-ubun saking semangatnya :D

Terakhir, tidak semua yang kita impikan dapat kira raih. Terkadang keadaan memaksa kita untuk mengambil jalan lain. Tapi selama kita tetap berani bermimpi dan bekerja keras untuk meraihnya, niscaya kita akan mendapatkan pengganti yang lebih baik.

Bermimpilah dan bersungguh-sungguhlah untuk meraihnya. Man jadda wajada!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar