“Kita baru akan mensyukuri sehat justru saat sakit datang.”
Hari ini,
saya benar-benar merasakan kebenaran kalimat di atas. Betapa sehat adalah salah
satu nikmat yang sering kita lupa untuk mensyukurinya. Betapa sehat itu emang
enak banget. Ceilah, tumben saya bijak banget gini.
Jadi
ceritanya beberapa hari ini saya baru sakit gigi. Eh enggak ding, lebih
tepatnya gigi geraham bungsu saya tumbuh. Simple kan kedengarannya? Gigi
geraham bungsu tumbuh. Sekali lagi. Gigi geraham bungsu tumbuh. Tapi semuanya
menjadi tidak sederhana saat pesawat luar angkasa jatuh di ladang jagung. Bum!
Penyebabnya
boleh sederhana, tapi akibatnya? Let’s see! Kurang lebih begini flow chartnya :
Jujur, saya
tersiksa. Gimana enggak? Saya laper? Iya. Pengen makan banyak? Iya. Tapi apalah
daya gigi sakit, tiap kali makan paling banyak cuma 5 sendok. Itupun udah
dengan perjuangan luar biasa menahan sakit T-T. Makan jadi nggak nikmat. Yang
paling nggak enak adalah ketika ada makanan favorit saya tapi saya nggak bisa
menikmati dan cuma bisa ngiler menatap orang lain makan dengan lahaonya. It’s
so pfft, you know? Dan itu berlangsung sudah hampir 6 hari. Padahal juga saya
udah minum obat, tapi tetep aja begini.
Barusan saya
pulang dari dokter gigi dan dikasih oleh-oleh 4 macam obat yang harus saya
habiskan setidaknya sampai 3 hari ke depan. Lumayan sih, dapet cemilan baru
seharga 50ribu rupiah, kece kan? FYI aja, begini diagnosis pak dokter tadi :
Sebab : gigi salah tumbuh sehingga menekan saraf
Akibat : nyeri, menganggu keseimbangan,
pusing/migrain/vertigo, demam, badan meriang
Pemecahan
masalah : operasi/bedah kecil pengangkatan gigi geraham
Ini cuma
soal tumbuhnya gigi doang. Banyangin! Cuma gara-gara satu gigi. Bukan kanker.
Bukan diabetes. Bukan stroke. Cuma gara-gara gigi dan besok pagi saya harus
rontgen untuk keperluan pembedahan.
See? Betapa
sehat memang patut disyukuri!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar